Dialogisme

Ok… pagi ini saya meminjam kata ‘dialogic’ atau ‘dialogism’ ala Mikhail Bakhtin untuk menjelaskan bagaimana posisi kita bisa dibentuk atau dipengaruhi oleh individu lain. Setiap orang berhak untuk menentukan sikap dan bertindak sesuai dengan pilihan dan kebiasaannya. Kenapa pilihan dan kebiasaan? Karena tindakan kita sebenarnya ada dua macam, ada habitual actions yang kita lakukan secara tidak sadar karena berupa kebiasaan dan ada conscious action yang bukan merupakan kebiasaan dan sangat dipengaruhi oleh pola dan daya pikir kita. Habitual actions misalnya cara makan, cara anda berjalan, dll. Sedangkan conscious actions misalnya bagaimana kita membuat keputusan, dll. Dua hal ini, habitual dan conscious actions bersifat dan bermakna dialogis, dipengaruhi oleh diri kita sendiri dan individu-individu lain di sekitar kita (dan juga individu yang imagined – tidak di sekitar kita, tapi ada di kepala kita). Jika dua hal tersebut bersifat dialogis, apa artinya? … bahwa segala hal yang kita lakukan tidak akan lepas dari penilaian diri kita dan penilaian orang lain. Pertanyaan kedua, jika hal-hal tersebut bersifat dialogis, dimanakah posisi kita? … tergantung dari kuat tidaknya kita bersikap. Angin-pun bertiup pada rumput, juga pada pohon kelapa nan tinggi – penilaian orang terhadap kita, seperti laiknya angin, tidak bisa dihindari. Kita bisa saja berbuat baik sekuat tenaga, semampu kita… namun pasti ada (#lagi, pasti ada) yang memandang dari sudut lain dan melihatnya sebagai sesuatu yang kurang atau bahkan tidak bermanfaat. Tapi untungnya, karena sifatnya dialogis, kita juga mempunyai pilihan untuk menentukan sikap kita sendiri, untuk menjadi batu yang tidak mudah digoyang angin. Kita bisa meyakini apa yang kita lakukan adalah baik, setidaknya untuk diri kita. 

Untuk teman-teman yang menjalankan amanah… stay strong! Pilihan ada di kepala dan hati kita. Tetap berkarya dan berbuat positif 🙂

Comments are closed.

Proudly powered by WordPress | Theme: Baskerville 2 by Anders Noren.

Up ↑