Dialogisme Posted on May 2, 2017 By Ardian Setiawan Ok… pagi ini saya meminjam kata ‘dialogic’ atau ‘dialogism’ ala Mikhail Bakhtin untuk menjelaskan bagaimana posisi kita bisa dibentuk atau dipengaruhi oleh individu lain. Setiap orang berhak untuk menentukan sikap dan bertindak sesuai dengan pilihan dan kebiasaannya. Kenapa pilihan dan kebiasaan? Karena tindakan kita sebenarnya ada dua macam, ada habitual actions yang kita lakukan secara tidak sadar karena berupa kebiasaan dan ada conscious action yang bukan merupakan kebiasaan dan sangat dipengaruhi oleh pola dan daya pikir kita. Habitual actions misalnya cara makan, cara anda berjalan, dll. Sedangkan conscious actions misalnya bagaimana kita membuat keputusan, dll. Dua hal ini, habitual dan conscious actions bersifat dan bermakna dialogis, dipengaruhi oleh diri kita sendiri dan individu-individu lain di sekitar kita (dan juga individu yang imagined – tidak di sekitar kita, tapi ada di kepala kita). Jika dua hal tersebut bersifat dialogis, apa artinya? … bahwa segala hal yang kita lakukan tidak akan lepas dari penilaian diri kita dan penilaian orang lain. Pertanyaan kedua, jika hal-hal tersebut bersifat dialogis, dimanakah posisi kita? … tergantung dari kuat tidaknya kita bersikap. Angin-pun bertiup pada rumput, juga pada pohon kelapa nan tinggi – penilaian orang terhadap kita, seperti laiknya angin, tidak bisa dihindari. Kita bisa saja berbuat baik sekuat tenaga, semampu kita… namun pasti ada (#lagi, pasti ada) yang memandang dari sudut lain dan melihatnya sebagai sesuatu yang kurang atau bahkan tidak bermanfaat. Tapi untungnya, karena sifatnya dialogis, kita juga mempunyai pilihan untuk menentukan sikap kita sendiri, untuk menjadi batu yang tidak mudah digoyang angin. Kita bisa meyakini apa yang kita lakukan adalah baik, setidaknya untuk diri kita. Untuk teman-teman yang menjalankan amanah… stay strong! Pilihan ada di kepala dan hati kita. Tetap berkarya dan berbuat positif 🙂
Uncategorized AI & Epistemologi Posted on October 9, 2024October 17, 2024 Sebenarnya, kekhawatiran saya terkait penggunaan AI dalam riset tidak hanya berdasarkan aspek kritis dan etis. Dalam ruang lingkup yang lebih besar, saya khawatir dengan aspek epistemologis – bagaimana ilmu pengetahuan dihasilkan. Hakikatnya, ilmu pengetahuan adalah produk manusia. Teknologi adalah ‘sekedar’ alat. Penggunaan AI secara vulgar akan ‘melukai’ objektivitas, reproduktifitas, transparansi,… Read More
Uncategorized Critical & Ethical Use of AI Technology Posted on October 9, 2024October 17, 2024 Saya khawatir, kemudahan yang diberikan oleh AI justru melemahkan kemampuan kita sendiri. Membaca, memahami, interpretasi dan argumentasi adalah ketrampilan kritis yang seharusnya tidak diserahkan ke teknologi. Sesekali digunakan untuk ‘decode’ teks yang sulit, boleh lah. Tapi… Jangan selalu menggunakan AI untuk menggantikan kerja kognitif otak dan memanjakan mental belajar kita…. Read More