Write it!

If you can talk about your research clearly, then you can write it.

The simplest way to check whether or not you can produce a ‘comprehensible’ article is by talking about your research.

If you can share it to others without making them lost in the jungle [of understanding], you will likely generate an article which can be accepted and understood by the academia.

If you cannot talk about it clearly, do not start writing.

You have to understand your research better than the audience [readers].

Simplify. Use a plain-simple language to talk about your research. Complexity is easy to achieve, but writing should start from simplicity – simple language.

Next, add the spices. Put the details and improve the complexity without altering the readability.

This is a simple ‘writing’ recipe from an ‘old’ editor.

[responsivevoice_button buttontext=”Play”]

Be courageous

At some points of your life, you will meet unpredictable and uncontrolled situations. When that happens, stand up. Be courageous and do your best. God knows what’s best. Our inability to predict and control some things in life is His way to remind us, that we are weak and fragile, and that we need His hand to lead us.

We plan, but God decides. Bismillah

Adab

Ada alasan kenapa kita harus menempatkan adab sebelum ilmu. Ilmu tanpa adab seperti pisau tanpa kesadaran, dibawa sembarangan dan melukai orang-orang di sekitarnya. Adab sebelum ilmu agar kita bisa merasakan, bukan merasa bisa. Adab sebelum ilmu agar kita santun dalam ucapan dan perbuatan.

Rejeki

Rejeki itu seperti air, turun mengalir dari atas ke tempat yang lebih rendah. Maka, kunci rejeki adalah rendah hati. Bersikap yang baik, layani dan bantu orang lain. Jangan menempatkan hatimu di tempat yang tinggi, rejeki tidak mengalir kesana.

Rendah hati.

Organization

Metaphorically, an organization is a machine. In an ideal condition, all parts run harmoniously to generate ‘power’ – the expected results.

However, not all parts have the same endurance-power-performance and other standard characteristics.

Thus, every machine faces failure risks due to variability [of the parts].

If one part ‘performs’ too fast, it might damage the other parts; slow performance of the part might also cause damages to other parts.

So? Work at the right pace. If -overall- the machine is too slow, don’t perform too fast. Otherwise, you will be dead with fatigue. #woles 😎💡

Kebencian

Jika kau melihat tidak ada yang baik dari seseorang, atas apapun yang dilakukannya, itulah kebencian. Jika kau bisa memahami dan memaafkan, berkenan menunjukkan jalan yang baik, itulah kasih sayang.

Mereka yang hatinya tersentuh cahaya Tuhan tidak akan membenci. Seperti permintaan Tuhannya, adil semenjak dalam pikiran dan perbuatan.

Dengan namaNya yang maha pengasih dan maha penyayang.

Lingkungan belajar

Jangan salah, lingkungan belajar bukan hanya sekolah. Rumah adalah lingkungan belajar yang utama untuk anak-anak kita.

Orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam proses belajar anak-anak, baik di rumah maupun di sekolah. Proses belajar tidak boleh hanya dibebankan kepada sekolah, terutama guru. Orang tua adalah guru terdekat anak-anak.

Proses belajar di sekolah dominan pada aspek kognitif. Karena kedekatan orang tua dan anak, pendidikan dalam keluarga dominan pada aspek afektif. Motivasi masuk dalam domain ini.

Apa yang bisa kita lakukan sebagai orang tua?

Selalu terlibat dalam proses belajar anak, baik di sekolah maupun di rumah. Jaga motivasi belajar mereka, selalu apresiatif dengan pencapaian-pencapaian anak. Jangan menghukum! Ingat, hukuman akan membuat mereka belajar menghindari kesalahan, tapi apresiasi terhadap prestasi akan membuat mereka semakin haus dengan pencapaian. Apresiasi akan menghasilkan prestasi. Orang tua harus menjadi teman belajar yang menyenangkan. Ojo galak. Wes, itu saja. Monggo kalau ada yang mau ditambahkan 😇

Agama

Agama tidak pernah memecah belah bangsa, karena agama adalah rahmat kasih sayang untuk manusia.

Pemecah belah bangsa adalah kepentingan. Manusia akan melakukan apa saja untuk kepentingannya.

Jika ada yang memecah belah bangsa, menghasut, adu domba, menyebarkan kebencian, sesungguhnya mereka tidak bergerak atas dasar agama, tapi atas dasar kepentingan.

Sekali lagi. Agama adalah rahmat.

Worry

As long as you are worried about what others think of you, you are owned by them – Walsch

Debat akademik

Debat akademik itu menyenangkan, karena ada standar, moral dan etika yang memandu kita sehingga bisa menghasilkan gagasan yang produktif. Ide didukung dengan data-data yg relevan dan sahih. Berdebat dengan dasar asumsi itu tidak berujung pangkal, seperti benang kusut, ujungnya berkelahi terjerat asumsi masing-masing. Apalagi dengan dasar ‘konon katanya atau kabarnya’… Tidak produktif. Nah, media online memberikan ruang untuk hal semacam itu. Banyak yang melempar asumsi tanpa data. Bisa berbahaya jika dimakan mentah. Bisa keselek 🍍🤔

We will not discover new oceans, unless we have the courage to lose sight of the shore. An end is a beginning.

Writing

If you can talk about your research clearly, then you can write it.

The simplest way to check whether or not you can produce a ‘comprehensible’ article is by talking about your research.

If you can share it to others without making them lost in the jungle [of understanding], you will likely generate an article which can be accepted and understood by the academia.

If you cannot talk about it clearly, do not start writing.

You have to understand your research better than the audience [readers].

Simplify. Use a plain-simple language to talk about your research. Complexity is easy to achieve, but writing should start from simplicity – simple language.

Next, add the spices. Put the details and improve the complexity without altering the readability.

This is a simple ‘writing’ recipe from an ‘old’ editor 😎🚩

Smart robots are taking our physical works. Less and less physical skills are required. What does this mean for vocational higher education?

 

Vocational HE should shift its focus, from the development of hard skills to the encouragement of softskills, particularly creativity and adaptability. Only those who can adapt to the fast-paced environment will survive. Adapt or perish!

Click this link for a video from World Economic Forum –  https://t.co/nViKIrlmvO

 

Courage

Courage is not an innate feature of humans. It is built, harvested from challenges, failures, experiences, and success. Courage comes from our awareness of our own weaknesses and strengths.

Nasihat Teman

Nasihat pagi dari seorang teman

Kamu tau kenapa setan dilaknat dan dilemparkan ke neraka? Karena dia jumawa, merasa lebih baik dari Adam dan menilai Adam berderajat lebih rendah. Jadi hati-hati, jangan jumawa, jangan merasa lebih baik dalam hal apapun, termasuk dalam hal ketaqwaan, dalam pengabdianmu kepada Tuhan. Jangan menilai dan merendahkan orang lain, jangan semena-mena. Jika kau jumawa dan merasa lebih baik, merasa berhak menghakimi manusia lain, apa bedanya kau dari yang dilaknat Tuhan?

Literasi

Saya benar-benar khawatir dengan rendahnya tingkat literasi.

Rendahnya tingkat literasi berpengaruh pada kemampuan individu untuk mencerna informasi. Semakin jarang membaca, semakin berat/susah memahami informasi. Bukan itu saja, rendahnya tingkat literasi berkorelasi dengan pola pikir. Jarang membaca mengakibatkan kurang pemahaman/pengetahuan, sehingga pola pikir tidak terhubung dengan diskursus yang sedang ‘hangat’ alias ‘ndak nyambung’. Lebih pelik lagi, kesulitan mencerna informasi dan rendahnya tingkat pemahaman/pengetahuan akibat dari rendahnya tingkat literasi menyebabkan rendahnya kualitas penyampaian. Mudahnya, mereka yang jarang membaca pasti kesulitan menyampaikan informasi, baik secara verbal maupun tekstual.

Jadi, jarang membaca – kesulitan mencerna informasi – kurang pemahaman/pengetahuan – pola pikir yang kurang baik – kualitas penyampaian yang rendah. Lingkaran ini berputar lagi. Tugas besar buat kita para pendidik.

#vicious_circle

Tepian

Perjalanan seorang akademisi itu tidak pernah berakhir, karena ilmu tidak mempunyai ujung tepian. Setiap kali kita sampai pada satu pemahaman, kita akan menemukan bahwa ada banyak hal lain yang harus kita kejar.

HE

Di Indonesia ada 3 kategori perguruan tinggi.

1. Research institution, pt yang berorientasi untuk menghasilkan penelitian-penelitian state of the art.
2. Teaching institution, pt yang berorientasi pada excellence in teaching, menyajikan kualitas pendidikan yang baik.
3. Absen institution, pt yang hanya fokus pada kehadiran dosen. Penelitian dan pendidikan tidak menjadi indikator kinerja. Sing penting absen.

Gendruwo dan komodifikasi

Bahwa mungkin ada beberapa makhluk yang memegang aliran ‘gendruwo’ ini memang tidak dapat dipungkiri, seperti halnya kita tidak dapat mengklaim bahwa atheism tidak ada di negara ini. Pasti ada.

Tapi klaim bahwa ‘gendruwo’ akan bangkit kembali sebagai sebuah partai. Wait… wait. La, partai yang berdasar agama saja banyak yang tidak laku, apalagi ini partai yang fahamnya jelas dilarang.

Ideologi ini sudah basi, mati dimana-mana dan tidak laku. Kenapa tidak laku? Baca dulu buku-buku aliran kanan kiri atas bawah depan belakang. Sungguh, banyak-banyaklah membaca supaya tidak mudah dikibulin dan dimanfaatkan. Bisa jadi karena ketidaktahuan kita, kita dikomodifikasi – dijadikan komoditas.

Semoga kita tetap cerdas dan kritis terhadap semua hal, karena itu bagian dari tanggung jawab kita sebagai pendidik.

Kalaupun ada hal yang harus kita khawatirkan, maka khawatirlah terhadap kualitas pendidikan dan sumber daya manusia kita. Apakah sumber daya manusia kita cukup kompetitif bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain di era terbuka ini? Ah sudahlah, kita terlalu sibuk. Sibuk ketakutan dengan ‘gendruwo’

Debat media sosial

Jangan pernah berdebat di media sosial, apalagi dengan orang yang tidak kita kenal. Gawai (gadget) semakin murah dan semua orang bisa membelinya, termasuk wong edan. If you know what I mean

Critical thinking

Jika tugas utama dosen adalah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, maka salah satu hal yang harus dimiliki dosen adalah daya pikir kritis (critical thinking). Mereka yang mengklaim dirinya sebagai ‘dosen’ tidak boleh ‘take for granted’ terhadap segala hal, tidak boleh menerima dan menelan mentah semua hal tanpa mengkritisi. Salah satu professor pembimbing saya pernah berpesan bahwa pada buku teori pegangan pun, state-of-the-art, kita harus kritis. Tanpa daya pikir kritis, tidak akan ada pengembangan pengetahuan, karena semua stagnan, dimakan mentah sebagai kebenaran/fakta/data absolut. Tugas kita adalah bertanya dan mempertanyakan, kemudian melakukan ‘pencarian’ untuk menemukan jawaban-jawaban temporer. Kenapa temporer? Karena jawaban yang kita temukan juga belum tentu benar. Tidak ada kebenaran mutlak, kecuali Tuhan.

Learn and grow

If you are not ready to face different opinions, you are not ready to learn and grow. Learning and growing require you to challenge the status quo. That means challenging what you believe.

Memantaskan diri

Pak, doain saya ya, supaya saya dapat pekerjaan yang bagus dan jodoh yang oke.

Wah, doa saya harus lebih khusu’ dan kenceng.

Lo, kenapa begitu pak?

La ya kamu males belajar gitu, sering ndak ngerjain tugas, gimana mau dapet pekerjaan yang bagus? Jodoh yang oke?

Kan itu nanti pak, masih lama, setelah wisuda baru saya mencari.

Nah itu, itu salahnya. Tugas kamu, tugas kita semua itu bukan mencari, tapi berusaha untuk memantaskan diri. Kalau pengen pekerjaan yang bagus, ya kamu harus pantas buat pekerjaan itu. Memantaskan diri dulu, belajar serius supaya ilmu dan ketrampilannya banyak. Kalau sudah pantas, memenuhi syarat, baru kamu bisa mendapat pekerjaan yang bagus. Perusahaan itu ya perusahaan, tidak bisa kamu paksa untuk menerima kamu apa adanya. La kok enak.

Hehe.. begitu ya pak.

La iya. Siapa yang mau menerima calon pekerja yang tidak memenuhi kualifikasi coba? Jangan heran juga kalau pas nembak calon cemewew* kamu ditolak dan diberi jawaban ‘kamu terlalu baik buat aku’. Jangan kira itu artinya kamu bener-bener terlalu baik, bisa jadi artinya kamu ndak memenuhi kualifikasi.

Hahaha… [ngunyah gorengan]

Jadi ya, tugas kita itu bukan mencari, tapi selalu berusaha memantaskan diri. Belajar terus. Mau cari sampai ujung Pantai Gading, kalau kamu belum memenuhi syarat, ya ndak bakalan dapet. Jangan modal ‘terima aku apa adanya’ … wenak ae. Perusahaan aja gak mau, apalagi pasangan. Haha.

[Manggut-manggut]

Mudah-mudahan setelah ini si mahasiswa jadi rajin belajar… aamiiin.

Fair

Selalu berdiri dengan kaki sendiri, tidak bertumpu pada kepala orang lain. Selalu tinggi dengan usaha sendiri, tidak dengan merendahkan orang lain. #Reflection_Friday

Life is fair – only if we are being fair to others.

Tindakan

Berfikir dan bertindaklah sesuai tingkatan amanah. Jika kamu RT, maka berfikirlah tentang tanggung jawab RT, lakukan pekerjaan pada tingkat RT, jangan ribet mikir pekerjaan pak RW. Sebaliknya, jika amanahmu ada pada tingkat RW, berfikir dan bertindaklah seperti RW, jangan mereduksi peranmu. Dunia ini ruwet [salah satunya] karena banyak orang tidak bisa memahami perannya, tidak berfikir dan bertindak sesuai tingkatan amanah yang diemban.

Diaspora

#Diaspora. Siapapun boleh mencintai dan menjadi bagian dari Indonesia, karena nasionalisme bukan warisan genetik, bukan suku bangsa apalagi warna kulit.

Makna dan ruang waktu (momen)

Makna adalah hal yang sangat kontekstual, dipengaruhi ruang dan waktu, dipengaruhi momen. Ucapan selamat makan, misalnya, hanya relevan diucapkan pada momen sebelum makan di ruang-ruang tertentu. Jika diucapkan di toilet, maknanya akan bergeser, membentuk makna baru.

Untuk memahami makna, kita perlu memahami momen, ruang dan waktunya. Secara kritis, kita harus bertanya ‘apa momen dan ruang waktunya?’ Perayaan kemerdekaan RI, 17 Agustus. Ya boleh saja.

Leadership

Leadership is inspiration, not domination. The prime responsibility of leaders is to inspire, not to dominate.

Daya pikir kritis

Jika tugas utama dosen adalah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, maka salah satu hal yang harus dimiliki dosen adalah daya pikir kritis (critical thinking). Mereka yang mengklaim dirinya sebagai ‘dosen’ tidak boleh ‘take for granted’ terhadap segala hal, tidak boleh menerima dan menelan mentah semua hal tanpa mengkritisi. Salah satu professor pembimbing saya pernah berpesan bahwa pada buku teori pegangan pun, state-of-the-art, kita harus kritis. Tanpa daya pikir kritis, tidak akan ada pengembangan pengetahuan, karena semua stagnan, dimakan mentah sebagai kebenaran/fakta/data absolut. Tugas kita adalah bertanya dan mempertanyakan, kemudian melakukan ‘pencarian’ untuk menemukan jawaban-jawaban temporer. Kenapa temporer? Karena jawaban yang kita temukan juga belum tentu benar. Tidak ada kebenaran mutlak, kecuali Tuhan.

Dialogisme

Ok… pagi ini saya meminjam kata ‘dialogic’ atau ‘dialogism’ ala Mikhail Bakhtin untuk menjelaskan bagaimana posisi kita bisa dibentuk atau dipengaruhi oleh individu lain. Setiap orang berhak untuk menentukan sikap dan bertindak sesuai dengan pilihan dan kebiasaannya. Kenapa pilihan dan kebiasaan? Karena tindakan kita sebenarnya ada dua macam, ada habitual actions yang kita lakukan secara tidak sadar karena berupa kebiasaan dan ada conscious action yang bukan merupakan kebiasaan dan sangat dipengaruhi oleh pola dan daya pikir kita. Habitual actions misalnya cara makan, cara anda berjalan, dll. Sedangkan conscious actions misalnya bagaimana kita membuat keputusan, dll. Dua hal ini, habitual dan conscious actions bersifat dan bermakna dialogis, dipengaruhi oleh diri kita sendiri dan individu-individu lain di sekitar kita (dan juga individu yang imagined – tidak di sekitar kita, tapi ada di kepala kita). Jika dua hal tersebut bersifat dialogis, apa artinya? … bahwa segala hal yang kita lakukan tidak akan lepas dari penilaian diri kita dan penilaian orang lain. Pertanyaan kedua, jika hal-hal tersebut bersifat dialogis, dimanakah posisi kita? … tergantung dari kuat tidaknya kita bersikap. Angin-pun bertiup pada rumput, juga pada pohon kelapa nan tinggi – penilaian orang terhadap kita, seperti laiknya angin, tidak bisa dihindari. Kita bisa saja berbuat baik sekuat tenaga, semampu kita… namun pasti ada (#lagi, pasti ada) yang memandang dari sudut lain dan melihatnya sebagai sesuatu yang kurang atau bahkan tidak bermanfaat. Tapi untungnya, karena sifatnya dialogis, kita juga mempunyai pilihan untuk menentukan sikap kita sendiri, untuk menjadi batu yang tidak mudah digoyang angin. Kita bisa meyakini apa yang kita lakukan adalah baik, setidaknya untuk diri kita. 

Untuk teman-teman yang menjalankan amanah… stay strong! Pilihan ada di kepala dan hati kita. Tetap berkarya dan berbuat positif 🙂

Kehormatan 

Sebenarnya, yang mempunyai potensi paling besar untuk merendahkan diri kita adalah diri kita sendiri. Orang lain hanya sebatas melihat dan menilai, tapi kita yang bertindak, bertingkah laku. Penghormatan orang lain kepada kita bermula dari bagaimana kita menghormati diri sendiri. Jangan berharap hormat orang lain jika kita berlaku merendahkan diri sendiri. #ilmusalespanci

Karakter 

Untuk mengetahui karakter seseorang, berikan dia kekuasaan. Jika dengan kekuasaan seseorang menjadi tinggi hati, itulah karakter sebenarnya. Power reveals the true self. Amati bagaimana seseorang dengan kekuasaan memperlakukan orang lain yang tidak punya kuasa atau tidak menguntungkan baginya. Temukan mereka yang tetap rendah hati dan santun ketika memegang kekuasaan.

Negativity 

Never tolerate negativity in a social environment. It’s toxic, spreading like a disease. Once you suffer from negativity, it will be very difficult to cure. Positivity, on the other hand, is a valuable trait. It motivates you to do great things, to achieve more. 
Life is yours. You decide.

Kuat hati

Belajar nak, belajar dari semua hal, supaya bijak dan berilmu, supaya kamu kuat hati, karena mereka yang kuat fisik tanpa kekuatan hati akan tetap kalah dan tersingkir. Harimau yang tidak bisa mengaum akan lari terbirit-birit dikejar kucing. 
Belajar nak, jadilah tegas dari pengalamanmu, supaya kamu tidak ragu, bisa ajeg mengambil keputusan. Sebesar apapun fisikmu, jika kamu lemah dalam memutuskan, kamu akan menjadi kecil, mengecil dalam pandangan orang lain. 
Jadilah kuat nak, kuat hati

Teaching

Teaching is not merely the practical implementations of techniques or methods for transfering knowledge and skills. Rather, it is a humanistic relationship, where individuals inpire other individuals. Teaching is the use of ‘heart’ to change people.

Penilaian objektif

Penilaian paling objektif atas diri kita berasal dari Tuhan, Allah yang maha adil. Selebihnya, penilaian dari sesama manusia hanyalah konstruksi sosial, pandangan subjektif dari mereka yang menilai kita berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya. The problem is, pengalaman dan pengetahuan manusia sangat terbatas, sehingga sangat tidak mungkin menghasilkan sudut pandang yang adil. Itulah kenapa, meskipun dihadapkan pada pandangan manusia yang bertubi-tubi, kita harus tetap yakin, bahwa penilai yang adil hanyalah Allah. Tidak ada yang lain. Dengan demikian, kita akan menjadi ajeg, tidak mudah goyah karena penilaian manusia. #sruput

Effort

I’d rather make mistakes or fail in my effort to do something great, than to do nothing.

Emos.

Setiap hari saya bertemu dengan ratusan orang yang membawa beragam sikap dan emosi. Ada yang baik, ada yang tidak. Bayangkan jika saya harus ‘baper’ melibatkan perasaan saya dalam setiap interaksi, terutama meladeni orang-orang yang membawa aura tidak baik, bisa tua prematur saya. Thus, saya hanya melibatkan emosi ketika berinteraksi dengan mereka yang membawa sikap dan emosi yang baik. Sikap dan emosi negatif, that’s your problem, not mine. Selama ada kopi, sruput, tetap positif

Kehangatan

Bagian paling mahal dari sebuah rumah adalah kehangatan suasana yang dibangun dari kebahagiaan penghuninya. Selamat menikmati hari libur.
Tanah, batu bata, genteng ada yang jual. Kehangatan keluarga tidak.

Proudly powered by WordPress | Theme: Baskerville 2 by Anders Noren.

Up ↑