Literasi

Saya benar-benar khawatir dengan rendahnya tingkat literasi.

Rendahnya tingkat literasi berpengaruh pada kemampuan individu untuk mencerna informasi. Semakin jarang membaca, semakin berat/susah memahami informasi. Bukan itu saja, rendahnya tingkat literasi berkorelasi dengan pola pikir. Jarang membaca mengakibatkan kurang pemahaman/pengetahuan, sehingga pola pikir tidak terhubung dengan diskursus yang sedang ‘hangat’ alias ‘ndak nyambung’. Lebih pelik lagi, kesulitan mencerna informasi dan rendahnya tingkat pemahaman/pengetahuan akibat dari rendahnya tingkat literasi menyebabkan rendahnya kualitas penyampaian. Mudahnya, mereka yang jarang membaca pasti kesulitan menyampaikan informasi, baik secara verbal maupun tekstual.

Jadi, jarang membaca – kesulitan mencerna informasi – kurang pemahaman/pengetahuan – pola pikir yang kurang baik – kualitas penyampaian yang rendah. Lingkaran ini berputar lagi. Tugas besar buat kita para pendidik.

#vicious_circle

Tepian

Perjalanan seorang akademisi itu tidak pernah berakhir, karena ilmu tidak mempunyai ujung tepian. Setiap kali kita sampai pada satu pemahaman, kita akan menemukan bahwa ada banyak hal lain yang harus kita kejar.

HE

Di Indonesia ada 3 kategori perguruan tinggi.

1. Research institution, pt yang berorientasi untuk menghasilkan penelitian-penelitian state of the art.
2. Teaching institution, pt yang berorientasi pada excellence in teaching, menyajikan kualitas pendidikan yang baik.
3. Absen institution, pt yang hanya fokus pada kehadiran dosen. Penelitian dan pendidikan tidak menjadi indikator kinerja. Sing penting absen.

Gendruwo dan komodifikasi

Bahwa mungkin ada beberapa makhluk yang memegang aliran ‘gendruwo’ ini memang tidak dapat dipungkiri, seperti halnya kita tidak dapat mengklaim bahwa atheism tidak ada di negara ini. Pasti ada.

Tapi klaim bahwa ‘gendruwo’ akan bangkit kembali sebagai sebuah partai. Wait… wait. La, partai yang berdasar agama saja banyak yang tidak laku, apalagi ini partai yang fahamnya jelas dilarang.

Ideologi ini sudah basi, mati dimana-mana dan tidak laku. Kenapa tidak laku? Baca dulu buku-buku aliran kanan kiri atas bawah depan belakang. Sungguh, banyak-banyaklah membaca supaya tidak mudah dikibulin dan dimanfaatkan. Bisa jadi karena ketidaktahuan kita, kita dikomodifikasi – dijadikan komoditas.

Semoga kita tetap cerdas dan kritis terhadap semua hal, karena itu bagian dari tanggung jawab kita sebagai pendidik.

Kalaupun ada hal yang harus kita khawatirkan, maka khawatirlah terhadap kualitas pendidikan dan sumber daya manusia kita. Apakah sumber daya manusia kita cukup kompetitif bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain di era terbuka ini? Ah sudahlah, kita terlalu sibuk. Sibuk ketakutan dengan ‘gendruwo’

Debat media sosial

Jangan pernah berdebat di media sosial, apalagi dengan orang yang tidak kita kenal. Gawai (gadget) semakin murah dan semua orang bisa membelinya, termasuk wong edan. If you know what I mean

Critical thinking

Jika tugas utama dosen adalah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, maka salah satu hal yang harus dimiliki dosen adalah daya pikir kritis (critical thinking). Mereka yang mengklaim dirinya sebagai ‘dosen’ tidak boleh ‘take for granted’ terhadap segala hal, tidak boleh menerima dan menelan mentah semua hal tanpa mengkritisi. Salah satu professor pembimbing saya pernah berpesan bahwa pada buku teori pegangan pun, state-of-the-art, kita harus kritis. Tanpa daya pikir kritis, tidak akan ada pengembangan pengetahuan, karena semua stagnan, dimakan mentah sebagai kebenaran/fakta/data absolut. Tugas kita adalah bertanya dan mempertanyakan, kemudian melakukan ‘pencarian’ untuk menemukan jawaban-jawaban temporer. Kenapa temporer? Karena jawaban yang kita temukan juga belum tentu benar. Tidak ada kebenaran mutlak, kecuali Tuhan.

Learn and grow

If you are not ready to face different opinions, you are not ready to learn and grow. Learning and growing require you to challenge the status quo. That means challenging what you believe.

Memantaskan diri

Pak, doain saya ya, supaya saya dapat pekerjaan yang bagus dan jodoh yang oke.

Wah, doa saya harus lebih khusu’ dan kenceng.

Lo, kenapa begitu pak?

La ya kamu males belajar gitu, sering ndak ngerjain tugas, gimana mau dapet pekerjaan yang bagus? Jodoh yang oke?

Kan itu nanti pak, masih lama, setelah wisuda baru saya mencari.

Nah itu, itu salahnya. Tugas kamu, tugas kita semua itu bukan mencari, tapi berusaha untuk memantaskan diri. Kalau pengen pekerjaan yang bagus, ya kamu harus pantas buat pekerjaan itu. Memantaskan diri dulu, belajar serius supaya ilmu dan ketrampilannya banyak. Kalau sudah pantas, memenuhi syarat, baru kamu bisa mendapat pekerjaan yang bagus. Perusahaan itu ya perusahaan, tidak bisa kamu paksa untuk menerima kamu apa adanya. La kok enak.

Hehe.. begitu ya pak.

La iya. Siapa yang mau menerima calon pekerja yang tidak memenuhi kualifikasi coba? Jangan heran juga kalau pas nembak calon cemewew* kamu ditolak dan diberi jawaban ‘kamu terlalu baik buat aku’. Jangan kira itu artinya kamu bener-bener terlalu baik, bisa jadi artinya kamu ndak memenuhi kualifikasi.

Hahaha… [ngunyah gorengan]

Jadi ya, tugas kita itu bukan mencari, tapi selalu berusaha memantaskan diri. Belajar terus. Mau cari sampai ujung Pantai Gading, kalau kamu belum memenuhi syarat, ya ndak bakalan dapet. Jangan modal ‘terima aku apa adanya’ … wenak ae. Perusahaan aja gak mau, apalagi pasangan. Haha.

[Manggut-manggut]

Mudah-mudahan setelah ini si mahasiswa jadi rajin belajar… aamiiin.

Fair

Selalu berdiri dengan kaki sendiri, tidak bertumpu pada kepala orang lain. Selalu tinggi dengan usaha sendiri, tidak dengan merendahkan orang lain. #Reflection_Friday

Life is fair – only if we are being fair to others.

Tindakan

Berfikir dan bertindaklah sesuai tingkatan amanah. Jika kamu RT, maka berfikirlah tentang tanggung jawab RT, lakukan pekerjaan pada tingkat RT, jangan ribet mikir pekerjaan pak RW. Sebaliknya, jika amanahmu ada pada tingkat RW, berfikir dan bertindaklah seperti RW, jangan mereduksi peranmu. Dunia ini ruwet [salah satunya] karena banyak orang tidak bisa memahami perannya, tidak berfikir dan bertindak sesuai tingkatan amanah yang diemban.

Diaspora

#Diaspora. Siapapun boleh mencintai dan menjadi bagian dari Indonesia, karena nasionalisme bukan warisan genetik, bukan suku bangsa apalagi warna kulit.

Makna dan ruang waktu (momen)

Makna adalah hal yang sangat kontekstual, dipengaruhi ruang dan waktu, dipengaruhi momen. Ucapan selamat makan, misalnya, hanya relevan diucapkan pada momen sebelum makan di ruang-ruang tertentu. Jika diucapkan di toilet, maknanya akan bergeser, membentuk makna baru.

Untuk memahami makna, kita perlu memahami momen, ruang dan waktunya. Secara kritis, kita harus bertanya ‘apa momen dan ruang waktunya?’ Perayaan kemerdekaan RI, 17 Agustus. Ya boleh saja.

Leadership

Leadership is inspiration, not domination. The prime responsibility of leaders is to inspire, not to dominate.

Proudly powered by WordPress | Theme: Baskerville 2 by Anders Noren.

Up ↑