Kecerdasan Samar Posted on July 27, 2022July 27, 2022 By Ardian Setiawan Sebenarnya sistem pendidikan kita telah mengakui dan mempertimbangkan keberagaman bentuk dan wujud kecerdasan. Buktinya, ada beragam subjek mata pelajaran yang menjadi bagian penting dari kurikulum nasional dari SD sampai SMA, yang kemudian menjadi lebih spesifik pada tingkat pendidikan tinggi. Lantas, masalahnya apa dan dimana? Masalah ada pada penyusunan dan pelaporan pencapaian hasil belajar siswa. Nilai yang dicapai siswa dalam beragam subjek mata pelajaran kemudian [pada umumnya] dijumlahkan dan diambil nilai rata-ratanya. Pada tahapan inilah keberagaman kecerdasan siswa menjadi samar. Siswa menjadi dihargai dari nilai rata-rata seluruh mata pelajaran. Kecerdasan menjadi simplistik, tidak majemuk lagi. Ada dua hal yang melanggengkan hal ini. Pertama, komunitas sosial cenderung melihat dan menerima nilai rata-rata seluruh mata pelajaran untuk menilai prestasi siswa. Sudah menjadi kebiasaaan – tradisi tidak formal. Tetapi, secara sistem kita juga ‘memformalkan’ praktik ini, yang kemudian mengarah pada hal berikutnya, yaitu (kedua) berbagai skema seleksi masuk pendidikan yang lebih tinggi. Apa syaratnya? Ya, nilai rata-rata. Beberapa hal memang telah dilakukan, memilih hasil belajar beberapa mata pelajaran saja misalnya. Namun, ujungnya tetap sama. Nilai rata-rata cenderung mengkerdilkan kemajemukan kecerdasan anak-anak kita. Apa yang bisa kita lakukan? Pendidikan berawal dari rumah. Konon, bentuk sekolah yang paling fundamental adalah keluarga, sehingga kita sebagai orang tua, om-tante, dan teman belajar bisa memberi alternatif pandangan yang berbeda. Keluarga harus mengenali kemajemukan kecerdasan anak dan kemudian memberi ruang yang cukup untuk berkembang. Tidak mudah memang, karena kita masih harus berhadapan dengan tradisi (sistem) yang lebih mengakui nilai rata-rata – tetapi patut diupayakan, kenapa? Einstein kecil tidak akan naik kelas jika dia dinilai dari kemampuannya menggunakan bahasa. Sewaktu kecil, Einstein diduga mengidap sindrom asperger yang membuat dia tidak berbicara sampai dengan usia 7 tahun. Sampai beberapa tahun berikutnya, dia masih kesulitan berkomunikasi. Hal yang kemudian disebut sebagai ‘Einstein Syndrome’.
Penjara Posted on August 14, 2018August 22, 2018 Penjara tak tampak itu bernama konstruksi sosial. Kita merasa bebas, namun sebenarnya kita terperangkap dalam pandangan orang lain – standard yang sudah jamak diterima dan dianggap sebagai patron yang harus diikuti. Kita jadi hilang keberanian untuk menjadi diri sendiri, untuk menunjukkan warna diri kita. Jangankan untuk berpikir bebas, memakai baju… Read More
Kehormatan Posted on May 2, 2017 Sebenarnya, yang mempunyai potensi paling besar untuk merendahkan diri kita adalah diri kita sendiri. Orang lain hanya sebatas melihat dan menilai, tapi kita yang bertindak, bertingkah laku. Penghormatan orang lain kepada kita bermula dari bagaimana kita menghormati diri sendiri. Jangan berharap hormat orang lain jika kita berlaku merendahkan diri sendiri…. Read More
Uncategorized Bibliographic/Literature Mapping Tools Posted on March 4, 2023March 4, 2023 Mapping of literature is an important part of research. Here is a list of technological tools/apps for mapping of literature >> Bibliographic/Literature Mapping Tools Read More