The Power of Self-acceptance

Paijo malah ikut tertawa ketika beberapa orang di dalam ruangan itu menertawakan dirinya. Mungkin karena jengkel, orang-orang itu semakin semangat mengolok dan menertawakan Paijo. Tapi Paijo memang aneh. Semakin keras mereka tertawa, semakin keras pula tawa Paijo. Bhahaha…

Mungkin level jengkel mereka sudah memuncak, sampai akhirnya mereka berteriak. ‘Gendeng kowe jo, tak guyu kok kamu ngguyu. Kamu edan ya, kami tertawakan kok kamu tertawa juga’.

Dengan tawa yang dia nikmati, Paijo menjawab ‘Bhahaha… Jangankan sampeyan, saya sendiri lo menertawakan diri saya. Memang bodoh saya ini haha… Saya ikut menikmati kebahagiaan sampeyan menertawakan orang lain’.

‘Pancen edan!’ Umpat salah satu dari mereka sambil bergerak menjauh. Kemudian, semua ikut berjalan menjauh, meninggalkan Paijo sendiri di dalam ruangan.

Paijo mendekati kursi di sisi ruangan. Duduk tenang, dia menikmati kopi yang sudah tidak panas lagi. Dia biasa saja.

Paijo sudah terlatih remuk hati. Bully itu semacam biskuit yang sering dia nikmati di masa lalu. Sudah biasa. Dia tahu, menyangkal dan melawan orang lain yang menertawakan tidak akan membuatnya merasa lebih baik. Sebaliknya, menerima kekurangan dirinya dan ikut tertawa membuatnya lebih kuat.

Pelan, Paijo bergumam ‘it’s the power of self-acceptance bro’

Comments are closed.

Proudly powered by WordPress | Theme: Baskerville 2 by Anders Noren.

Up ↑