Dialogisme dalam hidup Posted on April 20, 2020 By Ardian Setiawan Seorang teman datang dengan penuh emosi. ‘Kurang ajar penulis itu. Dia menulis kalimat-kalimat yang tidak bisa saya terima. Saya tersinggung’. ‘Sik, kenapa bro?’ saya bertanya lewat jalur panggilan yang samar, mungkin jaringan sedang tidak baik. ‘Dia menulis kalimat begitu, maksudnya pasti menyinggung saya. Saya emosi’. ‘Haha.. Ojo gampang ngamuk ta bro. Kita kan tahu, makna tulisan itu dibangun dari persepsi dan pemahaman kita, bukan sekedar dari teks yang ditulis. Artinya, aktivitas membaca itu dialogis, kalau boleh meminjam istilah mas Bakhtin, dialogism. Penulis menuangkan idenya melalui kata dan kalimat yang dipilih, tapi bagaimana pembaca memahami itu tergantung dari keberterimaan pembaca, bagaimana pembaca mencerca tulisan. Ada yang habis sholat, terus membaca, reaksinya biasa saja karena emosinya tenang. Ada yang belum makan, luwe laper, membaca kalimat itu jadi emosi. Seperti kamu.. Haha. Udah makan apa belum sampeyan?’ ‘Durung 😁‘ ‘Ayo mangan. Ooo tibake laper arek iki’ *%@ 😁😅
Writing a Scientific Manuscript Posted on September 17, 2019September 17, 2019 Scientific manuscript writing requires writers (researchers) to use various genres (cognitive genres – Bruce, 2008). In this post, I arrange the sample practices provided by UEfAP based on the basic structure of a scientific article. The arrangement will help you understand how particular genres are used in article sections, and… Read More
Gendruwo dan komodifikasi Posted on October 27, 2017 Bahwa mungkin ada beberapa makhluk yang memegang aliran ‘gendruwo’ ini memang tidak dapat dipungkiri, seperti halnya kita tidak dapat mengklaim bahwa atheism tidak ada di negara ini. Pasti ada. Tapi klaim bahwa ‘gendruwo’ akan bangkit kembali sebagai sebuah partai. Wait… wait. La, partai yang berdasar agama saja banyak yang tidak… Read More